SALAM TRINUSA
oleh : Panji Ilham Haqiqi
Tempe diganti rima, tahu diganti kosa kata
Garpu dan sendok berontak pada struktur dan bentuk
Tapi nasi tetaplah nasi
Perut kosong mana mempan dikasih puisi
(Kemarin Meri si Jablai menangis melihat Dewi Sri jatuh dari langit)
Kita orang kecil, tak setiap hari Klinik Akiong buka
Tak setiap hari bisnis berjalan mulus bagaikan lintasan Tamiya di betis mahasiwa S1 yang diam-diam rejeki tambahan di hotel bilangan Dharmawangsa
Tapi jablai juga manusia
Butuh makan, butuh kasih
BPJS
(Badan Pengaman Jaringan Syahwat, mohon maaf belum bisa terealisasi, silakan geser ke loket sebelah)
Nakal boleh, jahat jangan
Begitulah potongan lagu _Jason Ranti_ dengan Judul Lendir Kobra, Blues Lendir yang menggambarkan kehidupan sebagian masyarakat disekitar kita yang menggambarkan KEMISKINAN, yang merupakan suatu fenomena selalu diusahakan untuk diminimalisasi, bahkan bila mungkin dihilangkan. Namun dalam kenyataannya kemiskinan masih selalu melekat dalam sendi-sendi kehidupan manusia. Sehingga memerlukan suatu upaya penanggulangan secara komprehensif, integral dan berkelanjutan.
Indonesia masih berusaha menurunkan tingkat kemiskinan absolut. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan jumlah penghasilan seseorang lebih kecil dibanding dengan garis kemiskinan yaitu standar yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kebutuhan dasar manusia, termasuk sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Adapun garis kemiskinan di tahun 2019 adalah Rp440.538 sedangkan garis kemiskinan per rumah tangga miskin di tahun 2019 secara rata-rata adalah sebesar Rp2.017.664
Penurunan angka kemiskinan ini adalah karena bantuan sosial yang semakin baik pembagiannya, jumlah lebih besar, dan lebih tepat waktu. Akan tetapi, bantuan sosial tidak permanen. Apabila bantuan sosial diberhentikan, kemiskinan dapat naik lagi. Oleh karena itu, pemerintah sedang menggalakan program pemberdayaan sumber daya manusia agar menjadi pendorong masyarakat memperbaiki kualitas hidupnya.
Pemerintah tengah berusaha mengurangi moral hazard ini dengan cara membuka lapangan pekerjaan dan memberi pelatihan kepada sumber daya manusia. Dengan adanya usaha ini, diharapkan mereka tidak berada di bawah garis kemiskinan dan tidak bergantung pada bantuan sosial lagi.
Tingkat konsumsi, tingkat kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi saling mempengaruhi. Tingkat konsumsi menunjukkan tingkat kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi tingkat konsumsi, maka suatu masyarakat akan semakin sejahtera sehingga tingkat kemiskinan dapat menurun. Namun, hal yang terjadi adalah tidak semua tingkat konsumsi meningkat akibat penurunan tingkat kemiskinan.
Disamping itu, tingkat konsumsi juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi nasional akhir-akhir ini selalu diwarnai oleh ketidak pastian, bahkan secara keseluruhan, kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami perlambatan.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin Indonesia pada Maret 2022 adalah 26,16 juta jiwa. Sedangkan tingkat kemiskinan Indonesia pada bulan yang sama sebesar 9,54 persen.Jika dibandingkan dengan penelitian serupa yang dirilis BPS pada September 2021, maka jumlah penduduk miskin dan rasio kemiskinan pada Maret lalu mengalami penurunan. Untuk diketahui, jumlah penduduk miskin per September tahun lalu sebesar 26,5 juta jiwa dengan tingkat kemiskinan 9,71 persen.
Kemudian jika dibandingkan secara tahunan dengan Maret 2021, jumlah penduduk miskin Maret 2022 menurun 1,38 juta jiwa. Sedangkan tingkat kemiskinan Maret 2022 menurun 0,60 persen jika dibandingkan dengan rasio pada Maret tahun lalu.
Namun, jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan Maret 2022 belum menyamai capaian sebelum pandemi. Untuk diketahui, jumlah penduduk miskin dan rasio kemiskinan pada September 2019—publikasi terakhir sebelum pandemi—masing-masing 24,78 juta jiwa dan 9,22 persen. Ketika pandemi bermula pada Maret 2020, jumlah penduduk miskin meningkat jadi 26,42 juta jiwa dan tingkat kemiskinan menjadi 9,78 persen.
BPS menetapkan garis kemiskinan Maret 2022 sebesar Rp 504.469 per kapita per bulan. Jumlah itu terdiri dari Rp 377.598 per kapita per bulan untuk pengeluaran makanan, dan sisanya untuk pengeluaran bukan makanan. Dengan kata lain, jika pengeluaran seseorang dalam sebulan di bawah garis kemiskinan, maka orang tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Temuan BPS menunjukkan bahwa rata-rata anggota rumah tangga miskin pada Maret 2022 berjumlah 4,74 orang. Dengan demikian, rumah tangga miskin dikategorikan sebagai rumah tangga dengan pengeluaran di bawah rata-rata Rp 2.395.923 per bulan.
Meskipun ekonomi masih tumbuh positif, tetapi realisasi data pertumbuhan ini menjadi peringatan bahwa perekonomian nasional tengah menghadapi problem lesunya pasar global sehingga belum mampu tumbuh cepat seperti yang diinginkan Presiden Joko Widodo yaitu sebesar 7%. Indonesia masih perlu melakukan banyak perbaikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah harus segera membenahi masalah rendahnya produktivitas domestik.
Dengan adanya LSM Trinusa sebagai wadah masyarakat yang sangat memprioritaskan program pemberdayaan sumber daya manusia, Semoga dapat berdampingan dengan Pemerintah pusat maupun daerah dalam ikut serta bersama gencar mendorong produktivitas domestik.
SALAM NUSANTARA
Respon (1)