Kajian  

Kenapa Beberapa Koruptor Pasti Kebelet Flexing? Ini Penjelasannya

Trinusa.org – Kabupaten Bekasi 12/05/2023 | Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa perilaku “flexing” yang kerap dilakukan oleh beberapa koruptor, terkait dengan rasa insecure (tidak percaya diri atau rendah diri) mereka dan bukan rasa sombong atau percaya diri berlebihan.

Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih rinci tentang fenomena ini, dan juga menjelaskan apa yang memotivasi sifat yang fokus pada diri dalam aktivitas media sosial.

“Pada awalnya, tidak jelas mengapa orang yang naratifnya didominasi oleh narsisme sering menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan, seperti memuji diri sendiri, karena sebenarnya hal itu membuat orang lain merasa kurang menghargai mereka,” jelas Pascal Wallisch, seorang profesor asosiasi klinis di Departemen Psikologi dan Pusat Ilmu Data New York University, yang juga penulis senior artikel yang dipublikasikan di jurnal Personality and Individual Differences. “Perilaku ini menjadi semakin umum dalam era media sosial, yang disebut sebagai perilaku ‘flexing‘.”

“Temuan kami menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki sifat narsisme tidak sama dengan sombong, melainkan insecure, dan itulah cara mereka mengatasi ketidakamanan mereka.”

“Lebih spesifik lagi, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa narsisme lebih baik dipahami sebagai adaptasi kompensasi untuk mengatasi dan menutupi harga diri yang rendah,” tambah Mary Kowalchyk, penulis utama artikel dan mahasiswa pascasarjana NYU saat studi tersebut dilakukan. “Orang yang memiliki sifat narsisme merasa insecure, dan mereka mengatasi ketidakamanan ini dengan memamerkan diri. Hal ini membuat orang lain kurang menyukai mereka dalam jangka panjang, yang pada akhirnya semakin memperburuk ketidakamanan mereka, dan memicu siklus perilaku flexing yang berkelanjutan.”

Studi ini melibatkan hampir 300 partisipan – sekitar 60 persen wanita dan 40 persen pria – dengan rentang usia rata-rata 20 tahun. Para peneliti mengeksplorasi Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD), yang dikonseptualisasikan sebagai cinta diri yang berlebihan dan terdiri dari dua subtipe, yaitu narsisme sombong dan rentan. Affliction terkait, psikopati, juga ditandai dengan perasaan kebesaran diri. Mereka berusaha untuk memperjelas pemahaman tentang bagaimana kondisi ini saling terkait.

(PI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *